Rabu, 23 Juni 2021

OPINI- BELAJAR DARI BUAYA

Belajar dari Buaya

            BELAJAR itu dapat dilakukan kapanpun dan di manapun, lewat mana saja dan dengan apa saja. Belajar tidak hanya di lingkup ruang formal  tetapi kita juga bisa belajar dari hal hal yang ada di sekitar kita, dan dapat menjadi inspirasi dalam kehidupan. Salah satu makhluk yang dapat kita contoh adalah buaya. Meskipun di kalangan remaja menyebut sebutan buaya untuk seorang laki-laki, yang memiliki banyak wanita dan pandai merayu. Namun perlu kita tahu bahwa buaya jantan merupakan hewan paling setia dan cukup menyayangi terhadap pasangannya. Apabila buaya betina mati, maka buaya jantan tidak akan mencari betina lain. Buaya jantan  akan lebih memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya sendirian atau menyendiri.

            Ketika buaya betina sedang bertelur, buaya jantan akan siap siaga menjaga mereka dari predator. Bahkan buaya jantan rela walau mengorbankan nyawanya sendiri. Biasanya buaya jantan akan meninggalkan anak dan pasangannya  pada waktu tertentu, sehingga keluarga buaya tidak dapat selalu menghabiskan waktu secara bersamaan. Meskipun begitu, saat musim kawin berikutnya tiba, ia akan tetap memilih buaya betina yang sama. Peneliti RWR dalam jurnal Loyal Alligators Display Mating Habits Of birds (2008) mengungkapkan “Kami menemukan bahwa 70 % dari buaya kita, yang disatukan kembali akan menunjukkan kesetiaan kepada pasangannya. Kami takjub karena pasangan  buaya yang dikawinkan bersama pada tahun 1997 masih akan berkembang biak bersama pada tahun 2005 dan masih bersama beberapa tahun setelahnya”.

            Dari sekian banyak jenis hewan, hewan satu ini juga menjadi ikon roti pada kebudayaan suku Betawi ketika dalam acara pernikahan. Ya dikarenakan buaya memang dilambangkan sebagai wujud kesetiaan dalam berumah tangga, maka dari itulah mereka menggunakan roti buaya sebagai seserahan. Meskipun begitu, tak semua orang memandang buaya sebagai lambang dari kesetiaan. Masih banyak yang menganggap istilah buaya memiliki makna menyimpang. Dikutip dari Samsudin Adlawi dalam tulisannya di majalah tempo berjudul Bintang yang Memperkaya Bahasa (2012). Ia mengungkapkan , setidaknya ada 2 istilah yang menggunakan kata ‘Buaya’, yakni istilah buaya darat dan roti buaya.

            Buaya memang hewan yang unik, mereka bisa dikatakan predator ganas, tapi juga bisa dikatakan hewan yang romantis terhadap pasangannya. Perlu anda tahu masing-masing  hewan dibekali rasa cinta dan kasih sayang, lalu kemudian dengan itu mereka memiliki pasangan dan berkembang biak. Sungguh indah Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi saling berpasang-pasangan serta saling melengkapi. Justru dengan itu buaya mengajarkan manusia untuk mengedepankan kesetiaan dan rasa tanggung jawab terhadap  pasangannya atau secara khusus dalam lingkup kekeluargaan. Itu semua menjadi sebuah bukti cinta yang sebenarnya.

            Jadi pada intinya seekor buaya yang konotasinya di anggap hal yang tidak baik, memiliki arti yang lurus. Ketika kita memiliki pasangan tentunya utamakan kesetiaan, tanggungjawab serta keberanian dalam menjaga keselamatan anggota keluarga walaupun nyawa taruhannya. Mengapa demikian? Karena kunci dari sebuah hubungan yang langgeng adalah setia. Jika hewan seperti buaya saja bisa setia mengapa kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna tidak bisa setia. Nah, yang terakhir, kesetiaan juga bisa kita tunjukkan dalam hubungan pertemanan dimana kita tidak saling mengkhianati satu sama lain dan saling percaya. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CONTOH EMAIL PERUSAHAAAN

  OPENING : Promo 20%, Grand Opening Barokah Mart! Ayo Buruan Mampir!   ISI EMAIL :   Halo sobat belanja, kali ini mimin menginformasikan ba...